JAKARTA, ASPEKTI- Dia dijuluki "Orang Gila" oleh teman-teman dekatnya. Bukan karena kelakuannya yang nyeleneh, melainkan karena keberanian dan kenekatannya dalam merealisasikan ide-ide dan kemauan yang muncul di kepalanya.
"Saya terbiasa berpikir out of the box, sehingga cara berpikir dan bertindak saya kerap bertentangan dengan cara kebanyakan orang dan juga dengan kultur bangsa ini secara umum," ujar Dirut Waringin Hospitality-Hotel Group Herry Suwandi dalam bincang santai dengan Aspekti baru-baru ini.
Diakui, kebanyakan orang Indonesia selalu berpikir negatif ketika menghadapi halangan dan tantangan ketika akan atau sedang mengerjakan sesuatu, sehingga cenderung menjadi orang-orang pesimistis dan mudah patah.
"Saya tidak seperti itu. Dalam kondisi apa pun saya selalu mencoba melihat peluang yang terbaik, melihatnya dari sisi positif, dan dengan itu saya menyusun konsep dan melaksanakannya. Meskipun orang bilang itu mustahil," katanya.
Herry menggeluti industri perhotelan secara tidak sengaja. Bermula ketika gagal kuliah di ITB, dan kemudian melihat banyak sekali orang berseragam putih-putih di National Hotel Institute (NHI) yang semula ia kira "dokter".
"Belakangan saya tahu kalau mereka mahasiswa di institut itu dari bagian kitchen, dan entah mengapa kemudian saya tertarik untuk mendaftar menjadi mahasiswa di situ," kata pria asal Bandung, Jawa Barat, itu.
Herry menambahkan, ketika mendaftar, yang ada di benaknya adalah bahwa ia hanya akan kuliah setahun di NHI, karena ketika ITB kembali membuka pendaftaran pada tahun selanjutnya, ia akan mendaftar dan kuliah di sana.
BERITA TERKAIT
"Tapi kemudian saya keterusan di industri perhotelan, sampai sekarang," katanya.
Perjalanan warga Condet, Jakarta Timur, ini di industri yang digelutinya ini telah cukup panjang. Ia termasuk sosok yang pernah ada di belakang pertumbuhan Hotel Santika.
Mantan pegawai konglomerat Sudwikatmono ini juga termasuk sosok yang membidani penyelenggaraan Pameran Produk Indonesia (PPI) 1985 yang dianggap sebagai pameran terbesar yang pernah diselenggarakan di Indonesia, dan masuk Museum Rekor Indonesia (MURI).
Kalau Anda pernah mendengar istilah "Anak Bangsa" dan mau tahu siapa yang pertama kali mencetuskannya, maka Herry lah orangnya. Istilah ini pernah melekat pada event bertajuk "Gelar Karya Anak Bangsa" yang diselenggarakan hingga beberapa kali.
"Dalam menjalani hidup, saya berpegang pada prinsip bahwa manusia harus bermanfaat bagi yang lain. Dengan prinsip seperti ini, insha Allah hidup akan lebih ringan karena perbuatan baik kita tidak pernah tidak dibalas oleh Allah, sehingga ketika kita dalam kesulitan, Allah pasti membantu kita untuk menemukan jalan keluar. Itu pula yang terjadi pada saya ketika saya mengalami kesulitan saat akan menyelenggarakan PPI," katanya.
Herry juga mengingatkan agar setiap orang hendaknya tidak tertipu oleh kehidupan dunia, sehingga melupakan akhirat, karena kehidupan dunia hanya sementara, sementara kehidupa akhirat kekal.
Dengan prinsip seperti ini, katanya, ia selalu berupaya melakukan yang terbaik dalam hal apa pun, dan tak pernah ingin mengabaikan sesama. Dalam menjalankan profesinya, ia bahkan tak keberatan harus bekerja seperti kuda.
"Prinsip saya dalam bekerja adalah yakin pada apa yang saya putuskan dan kerjakan, dan bertanggung jawab atas apa pun hasilnya," kata dia.
Herry bergabung dengan Waringin Hospitality-Hotel Group pada 2010, namun baru mulai aktif pada 2012. Ia menargetkan dalam lima tahun jumlah hotel dalam jaringan perusahaan ini tumbuh dari 14 menjadi 20 unit. Semuanya kelas bisnis dengan bintang 2 dan 3.
Hotel-hotel dalam jaringan perusahaan ini berbrand Hotel 88, Zena dan Luminor. (man)
0 komentar:
Posting Komentar