JAKARTA, ASPEKTI- Sukses sering kali lahir dari sebuah mimpi besar, namun untuk mencapainya diperlukan kecepatan, kegigihan, keyakinan, dan konsistensi. Tanpa itu semua, mimpi besar akan terhempas dan hanya menjadi mimpi tanpa makna.
“Kalau Anda bermimpi menjadi besar, Anda akan menjadi besar. Memulainya harus dari yang kecil dulu, tapi untuk menjadi besar, kita tidak boleh lambat, harus cepat dan kencang,” ujar Dirut PT Bank Mayora, Irfanto Oeij, seperti dikutip dari laman beritasatu.com, Senin (6/3/2017).
Irfanto merintis karir di dunia perbankan sejak 1986, berawal di PT Bank Bumi Arta Tbk dan kemudian melompat ke beberapa bank. Sebelum “hinggap” di Bank Mayora, pada 2000-2010 ia menjabat sebagai division head untuk commercial funding PT Bank OCBC NISP Tbk.
“Pada awal 2010, saya dikenalkan dengan pemilik grup Bank Mayora dan kemudian ditantang untuk membangun bank tersebut. Singkat cerita, mereka memberi posisi direktur utama. Bagi saya, itu tantangan. Saya lolos fit and proper test dan resmi mulai memimpin Bank Mayora pada awal 2011,” ujarnya.
Irfanto mengaku tertarik untuk menarima tantangan itu karena Mayora Group merupakan sebuah perusahaan yang sangat besar, tapi banknya kecil sekali. Total aset Bank Mayora kala itu hanya sekitar Rp600 miliar, sementara electronic channel belum ada dan hanya memiliki 12 kantor cabang. Laba pun masih sangat minim, dan belum ada nilai tambah.
Padahal, menurutnya, Bank Mayora sebenarnya punya kekuatan di sisi grup, dan di Indonesia sangat jarang sebuah bank berkolaborasi dengan grup, khususnya untuk sektor food and beverage. Maka, ia pun berpikir untuk mengkolaborasikan bank ini dengan grupnya. Apalagi karena Grup mayora memiliki jaringan yang sangat luas, hampir di seluruh titik di Indonesia.
Dari sisi permodalan, ia juga menganggap takkan ada masalah, karena meski bank disyaratkan menambah permodalan setiap bertumbuh, ia yakin pemegang saham tidak akan mempersoalkannya.
“Ini akhirnya yang membuat saya tertantang dan yakin untuk ikut membangun dan membesarkan Bank Mayora,” tegasnya.
Apa strategi Irfanto untuk memajukan Bank Mayora?
“Kami menambah jumlah cabang, membangun anjungan tunai mandiri (ATM) di lokasi-lokasi yang semula tidak ada. Kami juga meningkatkan permodalan dan sudah masuk BUKU II. Jadi, selama lima tahun (pertama) ini yang kami lakukan adalah meningkatkan skala bisnis Bank Mayora. Ini sudah mulai terbukti,” katanya.
Diakui, membangun sebuah bank memang tidak mudah karena jika pertumbuhan terlalu cepat, namun tidak sehat, tidaklah bagus karena kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pasti tinggi. Karenanya, ia selalu menekankan percepatan dengan kehati-hatian.
“Kami harus menjaga keseimbangan. Ada orang yang berperan sebagai penginjak pedal pegas, tapi ada juga yang menginjak pedal rem, supaya seimbang. Karena pertumbuhan kami selama lima tahun sudah cukup pesat, tahun selanjutnya kami mulai konsolidasi, perbaikan, dan sebagainya,” imbuh dia.
Soal sinergi dengan grup, Irfanto mengatakan tak ada masalah karena mimpi dirinya dengan owner adalah sama, sehingga lebih mudah menjalankannya.
“Saya langsung berada di bawah arahan owner, dan owner direction ke grup,” katanya.
Di tangan Irfanto saat ini Bank Mayora telah memiliki 41 kantor cabang, sementara nilai aset pada akhir 2015 tercatat mencapai Rp5,15 triliun, dan modal mencapai di atas Rp1 triliun, sehingga masuk kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) II.
BERITA TERKAIT KLIK DI SINI
Bank ini juga tercatat telah meraih sejumlah prestasi, di antaranya Peringkat I-Kategori Buku II dari Majalah Economic Review pada 2016, Bank Yang Berperingkat Sangat Bagus atas Kinerja Keuangan Tahun 2015 dari Majalah Infobank, Predikat “GOOD” pada Indonesia Good Corporate Governance Award dari Majalah Economic Review, dan The Best Choice in Banking & Loyality Service of The Year 2013 dari Global Achievement Foundation.
Irfanto berambisi, dalam lima tahun ke depan Bank Mayora sudah harus masuk layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking), punya electronic channel lengkap, beraset di atas Rp 10 triliun, dan melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Ia juga ingin bank yang dipimpinnya ini menjadi bank lokal milik orang Indonesia yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, karena tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini banyak bank di Indonesia yang mayoritas sahamnya telah dimiliki investor asing.
“Untuk itu, kami selalu mencoba agar bank ini selalu meningkatkan perannya,” pungkas dia. (man)
Berita ini dapat Anda baca di SINI
Di tangan Irfanto saat ini Bank Mayora telah memiliki 41 kantor cabang, sementara nilai aset pada akhir 2015 tercatat mencapai Rp5,15 triliun, dan modal mencapai di atas Rp1 triliun, sehingga masuk kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) II.
“Untuk itu, kami selalu mencoba agar bank ini selalu meningkatkan perannya,” pungkas dia. (man)
0 komentar:
Posting Komentar