JAKARTA, ASPEKTI- Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Niken Widiastuti, mengatakan, hoax dapat mengaduk emosi dan menimbulkan kecemasan.
Tak hanya itu, telah banyak pihak yang menjadi korban penyebaran berita palsu alias berita bohong tersebut.
"Salah satu hoax yang berdampak buruk adalah kasus di daerah, dimana ada orang meninggal karena kecelakaan tunggal, namun tersebar isu di media sosial bahwa orang tersebut dibunuh tetangga desanya," kata dia seperti dikutip dari laman Kominfo, Senin (17/4/2017).
Ia menambahkan, karena tanpa tabayyun, kasus itu akhirnya memicu kerusuhan yang menyebabkan 142 rumah di desa tetangga hancur dan rusak akibat diserang warga.
"Mari semua pihak bergandeng tangan, jihad melawan hoax," imbaunya dalam Acara Temu Konsultasi Pengelola Media Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam, Kementerian Agama di Jakarta, Kamis (13/4/2017).
Niken menjelaskan, di era digital saat ini ada pola komunikasi khusus dengan model 10:90. Artinya, 10% orang memproduksi hoax dan 90% disuruh ikut menyebarkan hoax.
"Orang ingin cepat-cepat. Memanipulasi berita, foto seolah-olah baru. Memproduksi kecemasan dengan berbagai cara," imbuhnya.
Niken berharap semua pihak, termasuk pengelola media, untuk melakukan penyaringan sebelum "sharing" informasi. Salah satunya dengan melakukan fact checking, klarifikasi atau tabayyun.
Dirjen IKP ini menyebut, saat ini pengguna internet di Indonesia berada di kisaran angka 106 juta jiwa dari 262 juta jiwa penduduk aktif menggunakan internet, sementara pengguna gawai atau gadget di Indonesia berada di angka 371 juta orang.
Artinya, satu orang bisa memiliki lebih dari satu gadget, atau sekitar 142% lebih banyak dari total penduduk Indoensia. Dan ini juga berarti penyebaran informasi sangat cepat.
Selengkapnya KLIK DI SINI. (man)
0 komentar:
Posting Komentar