JAKARTA, ASPEKTI- Salah satu pertanyaan yang sering diajukan mengenai startup adalah mengapa para usaha rintisan digital itu seperti memiliki uang yang tiada habisnya?
Wajar saja pertanyaan ini muncul, karena kebanyakan orang hanya menilai berdasarkan apa yang mereka lihat di permukaan. Contohnya adalah sebuah perusahaan penyedia jasa on demand berbasis transportasi roda dua yang memberi subsidi gila-gilaan kepada ratusan ribu pengemudinya.
Benarkah asumsi itu?
Kenyataannya, salah satu tantangan tersulit dalam menjalankan bisnis ini adalah masalah finansial yang tidak seleluasa di perusahaan-perusahaan besar. Selain itu, prediksi finansial pun kadang sulit dilakukan dengan akurat karena bisnis model ini masih dalam tahap validasi, sehingga bukan hal aneh jika sebuah startup terpaksa harus tutup karena kehabisan uang.
Menurut CBInsight, kedua faktor inilah yang menjadi penyebab kegagalan terbesar bisnis startup. Di Amerika Saja, dalam tiga tahun terakhir ada sekitar 3 ribu startup yang mendapatkan pendanaan, baik dari angel investor maupun dari venture capitalist, agar tetap bertahan, namun hanya 10% dari jumlah itu yang masih survive.
"Jadi, masa depan startup bergantung bagaimana mengatur manajemen keuangan di dalam startup itu sendiri," demikian dilansir DetikNet, Senin (7/3/2017).
Strategi
Berikut adalah pelajaran yang didapatkan salah satu mentor di Code Margonda, Andreas "Jay" Senjaya, CEO iGrow, mengenai manajemen keuangan di startup. Ia mendapatkannya dari Mike Sigal, salah satu mentor di program akselerasi 500 Startups yang diikuti Jay, 2016 lalu di San Francisco, AS.
Sigal memberikan lima tips penting bagi para founder untuk mengelola keuangan agar bisnis startup dapat terus melaju, yakni:
1. Know your milestone
2. Track your performance
3. Monitor your zero cash date
4. Control your burn rate
5. Raise enough money
6. Know your milestone
Saat menawarkan startup untuk diinvestasi, baik oleh angel investor maupun kepada venture capitalist, ada banyak risiko yang harus dibagi dengan sang investor.
Risiko-risiko yang harus dijadikan target milestone untuk ditangani antara lain:
1. Apakah startup ini punya tim dengan kapasitas, pengalaman, dan network yang mencukupi untuk tumbuh besar?
2. Apakah tim punya stabilitas yang baik dan komitmen yang kuat?
3. Apakah startup ini menyasar market yang besar dan layak untuk disoroti?
4. Apakah startup ini punya entry barrier yang tinggi (tidak mudah ditiru)?
- Lalu apakah uang yang diberikan customer dapat menimbulkan profit untuk perusahaan?
Ketika satu persatu milestone tersebut sudah bisa divalidasi, maka risiko akan semakin kecil. Kenali dahulu apa milestone untuk startup yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu kemudian tentukan target pencapaian selagi masih memiliki cukup dana untuk membiayai startup.
Track your performance
Setelah menetapkan milestone yang ingin dituju, tentukan satu orang yang accountable di dalam hal itu untuk bertanggung jawab memantau keuangan dan matriks milestone perusahaan. Jika kesulitan, ada beberapa startup yang menyediakan layanan ini, misalnya expensify, freshbooks, quickbooks atau xero.
Startup juga bisa menggunakan spreadsheet gratis dari Google. Dengan begitu, perusahaan lebih termonitor dan bisnis tidak mengalir saja tanpa acuan atau ukuran kualitas yang jela
BERITA TERKAIT
Monitor your zero cash date
Zero cash date adalah waktu di mana sang startup kehabisan uang (run out of cash) dengan kondisi burn rate saat ini. Untuk yang belum tahu, burn rate adalah selisih dari pengeluaran operasional sehari-hari dengan pendapatan. Ketika masih "membakar" uang untuk menghidupi startup sehari-hari, maka startup itu masih punya angka burn rate.
Burn rate terbesar biasanya disebabkan oleh biaya mengakuisisi customer/marketing (CAC), maka pengelola usaha rintisan harus selalu bisa seksama untuk menghitung CAC. Jangan sampai CAC melebihi nilai yang dibawa oleh 1 orang customer (CLTV), perbandingan yang baik adalah CAC:CLTV = 1:5. Dengan memprediksi titik di mana sang startup akan kehabisan uang akan membuat pendirinya selalu aware tentang sejauh apa perusahaannya punya nafas untuk bertumbuh sebelum modal habis.
Control your burn
Pengendalian pengeluaran akan sangat berpengaruh kepada seberapa lama runway startup. Jika runway startup semakin lama maka akan semakin tinggi leverage di hadapan calon partner, karyawan, ataupun investor. Beberapa cara ini bisa dicoba untuk mengontrol burn rate sebuah startup.
1. Get a bookkeper, gunakan spreadsheet dan catat secara berkala dan disiplin penggunaan uang
2. Hire slowly, berhati-hatilah sebelum merekrut karyawan baru. Jangan terburu-buru memperbanyak tim tanpa perhitungan yang matang. Karyawan baru haruslah yang bisa dipastikan menambah value signifikan untuk perkembangan startup.
3. Limit nonessentials expenditure, jangan terlalu tergoda untuk mengeluarkan uang pada hal-hal yang tidak esensial pada milestone terdekat yang sedang dituju saat ini. Hal sekecil apa pun harus benar-benar dipertimbangkan.
4. Run smaller experiments, ketahui target milestone per bulan untuk mempermudah merencanakan dan mengeksekusi eksperimen kecil untuk mencapai milestone tersebut.
5. Lower salaries, sudah tahu kan maksudnya?
6. Cut staff, ini mungkin berat, tapi bisa jadi memang harus dilakukan.
Raise Money
Perlu diingat apabila tujuan mencari investasi adalah untuk membuat startup terus bertahan hidup dan bukan untuk mengakselerasi growth-nya maka leverage akan semakin kecil. Tak sedikit founder yang menganggap enteng aktivitas fundraising dengan asumsi bahwa semua masalah kehabisan uang selalu bisa diatasi dengan fundraising. Padahal kondisi seperti ini adalah hal yang sangat jelek untuk dijadikan strategi.
Semoga hal-hal di atas bisa memberi gambaran di balik layar perusahaan rintisan digital dan kaitannya dengan pengelolan uang. Percayalah, usaha rintisan digital selalu mencari cara untuk mengurangi risiko kehabisan uang di tengah perjalanan.
Startup 101 merupakan kolom kolaborasi detikINET dan Code Margonda sebagai bentuk dukungan pada Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Code Margonda merupakan pusat kolaborasi komunitas di Depok yang memiliki perhatian khusus pada isu-isu digital, teknologi, inovasi dan ekonomi kreatif. (man/DetikNet)
Berita ini dapat dibaca DI SINI
0 komentar:
Posting Komentar