JAKARTA, ASPEKTI- Keberadaan bot atau program otomatis yang menyamar sebagai pengguna sungguhan untuk memberikan like, melakukan retweet, dan mengikuti akun pengguna di Twitter, bukan rahasia lagi.
Sebuah studi yang dilakukan University of Southern California (USC) dan Indiana University mempertegas hal tersebut.
Bahkan hasil studi yang menggunakan framework pendeteksi bot dengan mengevaluasi cici-ciri bot berdasarkan sejumlah kategori, seperti lingkup pertemanan, konten dan sentimen tweet, serta interval tweet itu menyimpulkan bahwa saat ini sekitar 15% pengguna Twitter bukan manusia, melainkan bot.
“Berdasarkan perkiraan kami, populasi bot (di Twitter) berada di kisaran 9 hingga 15%,” sebut tim peneliti dari kedua universitas tersebut seperti dilansir CNBC, Selasa (14/3/2017).
Dari hasil studi itu juga diketahui kalau saat ini jumlah pengguna aktif bulanan Twitter sekitar 319 juta. Itu berarti pengguna yang bukan manusia alias bot sebanyak 48 juta.
Persentase ini jauh lebih besar dari perkiraan populasi bot di Twitter yang dipatok di angka 8,5%. Para peneliti dalam studi tersebut mengingatkan bahwa jumlah bot bisa lebih besar lagi karena ada kemungkinan bot yang lebih canggih masih lolos dari deteksi.
Kabar buruk
Hasil studi ini menjadi kabar buruk bagi Twitter yang tengah berjuang meningkatkan basis penggunannya, di tengah kompetisi yang makin ketat dengan media sosial lain seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat.
Meski demikian, seorang juru bicara Twitter mengatakan bahwa bot tak melulu berarti negatif. Dia mencontohkan bot yang memberikan peringatan bencana alam secara otomatis.
Para peneliti dari USC mengakui bahwa memang ada bot sosial yang melakukan tindakan berguna seperti menyebarkan berita dan publikasi, akan tetapi ada kecenderungan bahwa bot dimanfaatkan untuk hal-hal negatif karena beberapa meniru perilaku manusia untuk memalsukan dukungan politik.
"Juga mempromosikan propaganda dan rekrutmen terorisme,” imbuh peneliti itu. (man)
0 komentar:
Posting Komentar