JAKARTA, ASPEKTI- Director of Business Development Waringin Hospitality-Hotel Group, Herry Suwandi, mengatakan, pasar bisnis perhotelan di Indonesia saat ini telah memasuki masa jenuh akibat pesatnya pertumbuhan hotel.
"Sejak satu dekade lalu, atau sekitar tahun 2007-2008, pembangunan hotel di Indonesia memang marak, karena industri ini sedang berkembang," katanya kepada Aspekti, Selasa (7/3/2017) malam.
Pertumbuhan itu, lanjutnya, dipicu oleh pertumbuhan ekonomi RI yang bagus dan perhatian investor asing terhadap asia, termasuk Indonesia, yang dinilai memiliki peran penting dalam pertumbuhan global.
Namun demikian diakui, ada kesalahan kebijakan pemerintah dalam menata bisnis ini, karena ketika di masa pemerintahan Orde Baru, terutama saat jabatan Menteri Pariwisata diduduki Joop Ave (1993-1998), proses perizinan pemberian hotel sangat ketat.
"Dulu, di era Pak Joop Ave, kalau occupancy tidak mencapai 70%, pengusaha tak boleh membuka hotel baru. Sekarang, occupancy hanya 40% pun sudah bisa bangun hotel baru, sehingga persaingan menjadi tidak sehat. Mati, hidup, syukur," katanya.
BERITA TERKAIT
Akibat kebijakan tersebut, sejumlah daerah tak lagi mengeluarkan izin untuk pendirian hotel baru karena pasar yang telah jenuh, kecuali izin lama yang diperbaharui. Salah satunya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Tapi kalau di Bali peluang untuk membuka hotel baru masih ada, karena selama ini pembangunan di situ hanya terfokus di wilayah-wilayah tertentu saja, seperti Sanur, Kuta dan wilayah pesisir lain. Di tengahnya masih kosong (dari pembangunan hotel)," imbuhnya.
Ia pun berharap pemerintah mampu mendongkrak kinerja sektor industri karena pergerakan industri perhotelan mengikuti pergerakan pelaku industri.
"Kebutuhan akomodasi, termasuk perhotelan, takkan pernah berakhir karena industri makanan dan penginapan termasuk vital, sehingga takkan hilang," katanya. (man)
Berita ini juga dapat dibaca DI SINI
0 komentar:
Posting Komentar