Ketum Aspekti Laode M Kamaluddin. |
JAKARTA, ASPEKTI- Kesejahteraan rakyat pedesaan di Indonesia berpotensi meningkat pesat dengan masuknya industri IT ke desa-desa, salah satunya melalui sebuah konsep yang digagas Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin MSc. MEng.
"Dengan sebuah pandangan bahwa kota hanya akan maju jika desa maju, dan sebuah negara menjadi maju dan kuat karena desanya kuat, kami gagas konsep Smart Village yang akan diterapkan di semua pedesaan di Indonesia," katanya di Jakarta, Kamis (23/2/2017) malam.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan dan Konsultan Telematika Indonesia (Aspekti) ini menjelaskan, secara konsepsual, konsep ini telah diterima secara nasional dan dalam proses untuk direalisasikan.
Dengan konsep ini, masyarakat pedesaan yang selama ini cenderung bermental konsumtif, diubah menjadi bermental produsen, karena Smart Village menganut sistem agroindustri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku dari kegiatan yang dilakukan, termasuk dalam merancang dan menyediakan peralatan.
Proses dan hasil produksi tersebut, baik dalam hal pengadministrasian, pengembangan, pelaporan dan promosi serta pemasarannya, menggunakan IT, sehingga antardesa dapat saling terkoneksi, bahkan dapat terkoneksi dengan desa-desa atau kota di negara lain (global).
"Dengan konsep Smart Village ini akan tercipta masyarakat yang jika dianalogikan merupakan masyarakat "belah ketupat", karena jumlah penduduk miskin dan kaya akan mengecil, sementara jumlah penduduk kelas menengah bertambah akibat naiknya kesejahteraan masyarakat miskin," ujar guru besar Fakultas Perikanan Unhalu, Kendari, Sulawesi Tenggara yang juga mantan anggota DPR RI pada 1997-1999 dan 2004-2009 ini.
Dalam praktiknya, Smart Village melibatkan perguruan tinggi, pemerintah daerah (Pemda) dan penguasaha (konsep helix quarter).
Ia memastikan bahwa hasil dari konsep ini akan dapat dinikmati dengan cepat, karena selama konsep diterapkan, penduduk Smart Village akan menanam tanaman yang cepat dapat dipanen seperti cabai dan tomat.
Berita ini juga dappat dibaca di http://aspekti.org/. (man)
Berita ini juga dappat dibaca di http://aspekti.org/. (man)
0 komentar:
Posting Komentar