JAKARTA, ASPEKTI- Ekonom Maybank Indonesia, Juniman, memperkirakan kestabilan nilai tukar rupiah saat ini yang berada di kisaran Rp13.300-Rp 13.400/dolar AS masih akan berlangsung hingga Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan atau Fed fund rate (FFR) yang diperkirakan terjadi pada Maret, Juni dan September.
"Diperkirakan di Maret rupiah akan bergerak ke level Rp13.400/dolar AS dan Juni ke level Rp13.550/dolar AS," kata dia seperti dilansir Kompas.com, Senin (27/2/2017).
Pada September, rupiah perlahan-lahan akan kembali ke Rp13.400/dolar AS dan diperkirakan berada di Rp13.300/dolar AS pada akhir 2017.
"Pada akhirnya dolar relatif stabil selama tahun ini," imbuhnya.
Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi, mengatakan, pembayaran deviden dalam valuta asing oleh penanaman modal asing (PMA) dan investor portofolio asing juga patut diwaspadai, karena pembayaran deviden dalam valas membutuhkan konversi dari rupiah ke valas.
"Pembayaran deviden itu bisa menekan rupiah pada periode yang biasanya terjadi pada Mei dan Juni," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat masuknya arus modal asing (capital inflow) sebesar Rp25 triliun dari awal Januari 2017 hingga akhir pekan lalu. Jumlah itu naik tipis dibanding inflow dari awal 2016 hingga 10 Februari 2017 yang sebesar Rp24,4 triliun.
Walau mini, menurut BI, adanya capital inflow telah membuat nilai tukar rupiah selama Februari 2016 cenderung stabil.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada 1 Februari 2017 bergerak di level Rp13.300/dolar AS, sementara pada periode yang sama tahun lalu, rupiah bergerak di level Rp13.800/dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, selain capital inflow, stabilnya nilai tukar rupiah hasil kombinasi berbagai hal.
Pertama, fundamental ekonomi Indonesia yang positif dan sentimen positif membaiknya ekspor.
Kedua, kebijakan di Amerika Serikat (AS) masih terus dicerna pasar.
"Tentu saja sejumlah risiko masih perlu terus diwaspadai termasuk pemilu di Eropa dan juga kondisi di Yunani," kata Juda, Jumat (24/2/2017).
Seperti diketahui, Yunani masih didera krisis akibat utang yang mendekati 200% dari produk domestik bruto (PDB), sehingga negara itu mengalami defisit 4,2% dari PDB.
Kondisi ini menjadi lebih rumit karena Jerman, Perancis dan Belanda yang selama ini menjadi penyelamat Yunani, tengah menghadapi masa pemilihan umum.
Di sisi lain, utang Italia juga membengkak dan Inggris telah memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit), sehingga ekonomi kawasan di Benua Biru itu goyah. (man)
Berita ini juga dapat dibaca di http://aspekti.org/
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut